Selasa, 10 Mei 2016

review jurnal

Oleh :  Drs. La Ode Turin,M.Pd (UPBJJ UT Kendari)
Latar Belakang
Permasalahan tentang rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan belum sepenuhnya dapat dipecahkan, banyak pekerjaan mengajar yang dilakukan dengan mutu keterampilan yang rendah dan tidak efisien, tidak kreatif dan akibatnya produktivitas rendah. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor guru saja, Namun demikian, analisis terakhir menunjukkan bahwa guru tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik

Uraian tersebut mencerminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor utama yang menjamin sekolah lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan adanya kualitas guru yang tinggi pula.

Dengan demikian untuk mengetahui performansi guru di dalam melaksanakan tugasnya adalah perlu. Bagi guru yang memiliki performansi mengajar yang kurang, sehingga menghasilkan siswa yang kurang bermutu, maka perlu ditanggulangi dengan upaya pengembangan staf atau pembinaan profesi guru melalui pemberian motivasi kepada guru serta dengan jalan penataran para guru guna mendorong meningkatkan performansi mengajarnya.
  
Rumusan Masalah
   Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan guru dan performansi mengajamya,
2.      Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman penataran dan performansi mengajar guru,
3.      Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru dan performansi mengajarnya,
4.      Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan,pengalaman penataran dan motivasi kerja secara bersama-sarna dengan performansi mengajar guru.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan guru dan performansi mengajarnya,
2.      Untuk mengetahui hubungan pengalaman penataran dan  performansi mengajar guru,
3.      Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja guru dan performansi mengajarnya,    
4.      Untuk mengetahui sejauh mana hubungan tingkat pendidikan, pengalam penataran dan motivasi kerja secara bersarna-sama dengan performansi mengajar guru.

Manfaat Penefitian
1.      Diharapkan dapat memberi manfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia,
2.      Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan dasar bagi penelitian serupa pada lingkup yang lebih luas,
3.      Dapat memberikan informasi tentang tingkat pendidikan, pengalaman penataran dan motivasi kerja dengan performansi mengajar guru-guru.
Kerangka Teori
Ø  Menurut Purwanto (1984); Kualitas pendidikan dan pengajaran yang dilakukan guru dipengaruhi tingkat pendidikannya. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Sunaryo (199:84, dalam Purba, 1993) Yang menyatakan bahwa terdapat hubungan berbanding lurus antara tingkat pendidikan dengan penguasaan mata pelajaran. Selanjutnya Nainggolan (1991, dalam Purba, 1993) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan yang searah dan berarti antara tingkat pendidikan dengan harapan keberhasilan di dalam proses pembelajaran.

Ø  Nadler (1977); menyatakan bahwa penataran atau training adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki performansi dalam tugas yang dihadapinya atau dikerjakan. Pernyataan ini didukung oleh Siagian (1987) mengatakan bahwa penataran dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Selanjutnya. Nain (dalam Pidarta, 1988) mengemukakan bahwa pendidikan in-service education diberikan dengan maksud agar pengetahuan dan kemampuan profesional dapat ditingkatkan sehingga selalu bersifat "up to date" dan dapat bekerja lebih baik dari semula.

Ø  Mataheru (1985) bahwa kunci utarna performansi terletak pada motivasi, tegasnya motivasi untuk bekerja. Selanjutnya Mittchel & Larson (1987) mengemukakan bahwa disamping kemampuan, pengetahuan dan teknologi, motivasi juga dapat meningkatkan performansi. Akhirnya Vroorn mengemukakan bahwa peningkatan performansi kerja seseorang ditentukan oleh peningkatan motivasinya.
Metodologi penelitian:
1.      Populasi dan sampel penelitian populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 2 Wonosobo sejumlah 68 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sampel total, yakni keseluruhan populasi dapat menjadi objek penelitian.
2.      Metode pengumpulan data untuk memperoleh data tentang variabel-variabel tingkat pendidikan guru, motivasi kerja guru dan performansi mengajar guru, alat yang digunakan adalah kuesioner.
a.       Metode analisis data untuk mengukur variabel tingkat pendidikan Guru digunakan teknik analisis regresi. Oleh karena itu untuk satuan tingkat pendidikan dinyatakan dalam satuan tahun berdasarkan kriteria pertimbangan lamanya studi secara formal yang dibutuhkan untuk memperoleh ijazah. Pada tingkat SD diberi skor 6, untuk SLTP diberi skor 9, untuk SMU/SMK diberi skor 12, untuk Sarjana Muda/D-3 diberi skor 15 dan untuk pendidikan sarjana (S I) diberi skor 16.
b.      Untuk mengukur Variabel Pengalaman Penataran Guru dinyatakan dengan skor dalam jam, sedangkan penataran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penataran guru dalam bidang studinya, dan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan bidang studinya. Lamanya penataran-penataran yang diikuti seorang guru dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan 24 jam.
c.       Untuk mengukur variabel Motivasi Kerja digunakan kuesioner dengan jalan memilih 4 alternatif jawaban yang telah disiapkan dengan kode SS, S, TS dan STS, dan skor sebagai berikut: SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1 untuk jawaban positif. Dan SS=l, S=2,  TS=3, dan STS=4 untuk jawaban negatif, responden memilih salah satu alternatif jawaban sebagai kecenderunganya terhadap pernyatan yang bersangkutan.
d.      Sedangkan untuk mengukur Variabel Performansi Mengajar, alat yang digunakan adalah merupakan pengembangan dari peneliti sendiri "Teaching Performansi’’.
Outline Jurnal
KORELASI  ANTARA CARA BELAJAR  DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SMA MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO

1.      Latar Belakang
Melihat  pada kenyataannya  bahwa proses belajar itu  sangat bervariasi, misainya: belajar materi yang mengandung aspek hafalan, belajar hitungan,  belajar keterampilan gerak/motorik, belajar sikap dan sebagainya. Adanya kemajemukan ini  menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung dan tujuan yang akan dicapai.

Selain itu, faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya.

2.      Rumusan Masalah
1.      Apakah ada korelasi yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa?
2.      Apakah ada korelasi yang signifikan antara motifasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
3.      Apakah ada korelasi yang signifikan antara cara belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
3.      Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui hubungan cara belajar terhadap prestasi belajar siswa,
2.      Untuk mengetahui hubungan motifasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa,
3.      Untuk mengetahui sejauh mana hubungan cara belajar dan motifasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa
4.      Manfaat Penefitian                                                                                    
1.      Diharapkan dapat memberi manfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar melalui cara mengajar dan pemberian motifasi,
2.      Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan dasar bagi penelitian serupa pada lingkup yang lebih luas,
3.      Dapat memberikan informasi tentang cara belajar dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar sisiwa.
5.      Kerangka Teori
Ø  Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren, 1996 meliputi:
a.       Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga belajar kognitif,
b.      Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data. Menghafal, yaitu orang menanarnkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali,
c.       Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang,
d.      Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan,
e.       Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang,
f.       Belajar memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan
g.      Belajar berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental.
Ø  Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Sumanto, 1998). Dari pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu:
1.      Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang,
2.      Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati,
3.      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
6.      Metodologi Penelitian
a.       Jenis penelitian  : Ex-post facto korelatif
b.      Sample             : Siswa kelas X, XI dan XII yang dipilih secara random (acak) dan masing-masing kelas diambil 75 siswa.
c.       Lokasi             : SMA Muhammadiyah 1 Wonosobo
d.      Metode pengumpulan data :
Untuk memperoleh data tentang variabel cara belajar dan motivasi berprestasi digunakan kuesioner dengan jalan memilih 4 alternatif jawaban yang telah disiapkan dengan kode SS, S, TS dan STS, dan skor sebagai berikut: SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1 untuk jawaban positif. Dan SS=l, S=2,  TS=3, dan STS=4 untuk jawaban negatif, responden memilih salah satu alternatif jawaban sebagai kecenderunganya terhadap pernyatan yang bersangkutan.

review buku

Novel HUJAN ini memang istimewa. Tema yang diusung gak sesederhana tema novel romantis kebanyakan. Porsinya tak hanya untuk seputar cinta remaja melainkan ada bumbu-bumbu ilmiahnya. Kamu pernah nonton film divergent atau hunget games? Nah kurang lebih seperti itu latar belakangnya. Masa depan dengan teknologi mutakhir dan kehancuran gitu. Pas pertama kali baca mungkin akan sedikit membosankan (mungkin karena saya gak terlalu suka bacaan ilmiah mungkin ya? hehe) tapi semakin dibaca kok semakin asik. Serius. Penggambaran tere liye tentang teknologi dan penjelasan ilmiah lainnya dibuat sederhana tapi bener-bener membuat pembacanya mengerti.
Tokoh yang diusung tidak terlalu banyak. Tokoh utamanya bernama Lail, perempuan yang menjadi yatim piatu karena bencana alam yang tejadi kala itu. Ada kepedihan yang terasa ketika perempuan berusia 13 tahun menyaksikan sendiri ibunya yang tidak selamat. Lail nanti akan menjadi perawat. Nanti juga akan ada tokoh Esok, Maryam, dan Claudia.
Dalam novel ini kamu akan merasakan bagaimana rasanya harus tegar ketika ditempa masalah, melangkah maju ketika masalah begitu berat, dan rasanya jatuh cinta. Ada rasa ketika rindu bertemu pasangan, bertemu kembali setelah sekian lama tidak bertemu, dan cemburu. Yang pernah atau sedang remaja mungkin akan tersenyum melihat tingkah Lail. Imajinasimu benar-benar akan dibuat terbang oleh Tere Liye.
Kalau kamu baru pertama kali membaca buku dengan tema science-fiction ini, mungkin kamu akan suka dengan tema itu karena Tere Liye. Setiap novel yang dibuat tere liye selalu menghadirkan kejutan bagi penggemarnya. Tema dari setiap novel yang dibuat selalu berbeda dan membawa rasa baru sehingga pembaca akan terkejut dibuatnya.
Terima kasih untuk tere liye yang sudah membuat karya hebat. Semoga makin banyak penulis sepertimu..
Bagi kalian yang sudah pernah atau baru membaca karya Tere Liye ini maka kalian wajib untuk membaca novel hujan ini. ^_^

review film

Film ini menceritakan Gita Sesa Wanda Cantika atau yang dikenal dengan nama panggilan Keke, seorang gadis remaja berusia 13 tahun yang cukup beruntung, karena lahir dari keluarga yang sangat berada, memiliki dua orang kakak laki-laki yang bernama Chika dan Kiki, orang tua yang sangat menyayanginya walau sudah bercerai, dan juga Pak Yus, ajudan sang Ayah. Selain itu Keke juga dikelilingi enam sahabat karib yang selalu setia menemaninya dan hidupnya pun semakin lengkap dengan kehadiran seorang kekasih yang juga begitu menyayanginya, yaitu Andy.
Semuanya tampak begitu sempurna. Pada tahun 2003 kanker menghinggapinya, Keke adalah pengidap Rhabdomyosarcoma (Kanker Jaringan Lunak) pertama di Indonesia. Gadis cantik itu pun berubah menjadi "monster" hingga terpaksa harus menjalani serangkaian kemoterapi dan radiasi hampir setahun lamanya, akibatnya, semua rambut Keke sedikit demi sedikit mulai rontok, kulitnya mengering, dan sering mual-mual. Ketekunan Keke dan keluarganya membuahkan hasil. Keke dinyatakan sembuh dan bisa kembali menjalani aktivitas seperti sedia kala.
Tak disangka, setahun kemudian, pada 2004, kanker itu kembali, lebih parah dan mematikan. Meskipun sudah ditolak di rumah sakit mana-mana, ayah Keke tidak pernah sekali pun menyerah untuk menyembuhkan anaknya, terbukti bahwa ia sanggup ke pedalaman bahkan keluar negeri hanya untuk menyembuhkan Keke. Meskipun ratusan dokter memprediksi bahwa hidup Keke tidak akan lebih dari tiga bulan, Keke berhasil bertahan untuk lebih dari setahun. Meskipun pada akhirnya, Keke harus menerima kenyataan bahwa ia memang tidak dapat disembuhkan karena kanker itu sudah terlalu menyebar. Keke meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 2006.[

Selasa, 05 April 2016

Cerita motivasi

                     MOTIVASI
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”